Oleh: Inta Rusdianti / Biologi 07
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang
Pteris sp
Pteris sp merupakan paku tanah, Tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini adalah paku-paku yang hidup di tanah, tembok dan tebing terjal. Tumbuhan ini termasuk herba atau berkayu, akarnya merupakan akar serabut.
Tumbuhan ini benar-benar telah berupa kormus, jadi telah jelas adanya akar, batang dan daun
Klasifikasi:
Kingdom Plantae
Divisi Pteridophyta
Kelas Polipodiopsida
Ordo Pteriales
Filum Pteridaceae
Genus Pteris
Spesies Pteris sp
Batang
Batang Pteris sp berbentuk bulat beralur secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku, permukaan pada batangnya halus tetapi perlu di ketahiu bahwa batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentukan seperti rambut atau sisik berwarnahitam atau coklat, lapisan lilin dan sisa-siasa tangkai. Pada batangnya tidak di terdapat rambut, ukuran batangnya biasanya sekitar ±40cm, dan diameternya adalah±25cm. Ukurang batang pada paku-pakuan sangat berfariasi dari beberapa mm sampai beberapa cm, warna batang Pteris sp hijau kecoklatan. Dan bentuk percabangannya adalah percabangan menyirip.
Daun
Jenis daun Pteris sp adalah majemuk menyirip, tepi daunya halus atau tidak bergerigi,tepi daunnya rata. Terdapat ental, pada kelompok paku-pakuan mempunyai bentuk yang khas yang berbeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lainya, sehingga biasa di sebut ental (frond). Bentuk daunya memanjang, berukuran ±3,5 cm, daun paku-pakuan sangat berfariasi ukuranya dari yang berukuran beberapa mm sampai berukuran cm. daun Pteris sp tergolong anisofil yaitu daunya terdiri dari dua ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lainnya.
Warna daun pada Pteris sp adalah hijau tua, peruratan (vernasi) menyirip, ujung-ujungnya bergabung dengan urat lain sehingga memperlihatkan garis yang dekat dengan tepi.
Tekstur daun adalah helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku berfariasi seperti selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau kulit). Permukaan daunnya halus atau gundul.
Tangkai daun berukuran ±28cm.Gb. peruratan daun
Ciri-ciri khusus
Pteris sp termasuk dimorfisme yaitu, antara sporofil dan tropofil dalam satu individu berbeda bentuk atau ukuranya. Daun tropofil adalah daun yang berfungsi untuk proses fotosintesis sedangkan daun sporofil merupakan penghasil spora.
Sporofil
Susunan sporofil pada sporofit bervariasi, mulai dari yang tidak berkelompok sampai yang berkelompok. Sporofil yang berkelompok ada yang tersusun antara lain longgar dan tidak longgar
Kumpulan sporangium (sorus) berada pada bagian tepi bawah daun, sorus berwarna coklat dan terletak berjejer
Sporangium merupakan kapsul yang berbentuk kanta dwicembung. Dinding sporangium terdiri satu atau beberapa lapisan sel , kecuali pada bagian tepinya terdapat suatu lapisan sel berdinding tebal yang mengelilingi sebagian kapsul yang dinamakan anulus. Pada bahagian ujung lingkaran terdapat satu kumpulan sel yang pipih yang dikenali sebagai stomium. Apabila sporangium masak sel stomium akan pecah dan membebaskan spora yang terdapat didalamnya.
Sporangium pada Pteris sp berbentuk sepertin jantung atau agak bulat atau bulat telur. Indisiumnya berbentuk menyerupai cangkir.
Gb. Spora pada daun
Sorus merupakan satu untaian ( nama khasnya spika ) seperti yang ditemui pada Ophioglossum , atau berbentuk garis panjang seperti pada genus Pteris atau yang bulat seperti genus Phymatodes.. Kedudukan dan susunan sorus amat penting kerana ia bakal menentukan genus dan spesis paku – pakis.
Indusium adalah suatu lapisan pelindung untuk melindungi sporangium terutama yang masih muda. Ada sorus yang tidak dilindungi oleh indusium yang dikenali sebagai sorus yang telanjang. Sementara yang dilengkapi dengan indusium terdapat dua jenis. Jenis yang pertama dinamakan indusium sejati yang mana lapisan tisunya berupa penutup melengkok terdiri daripada dua ruangan dengan bahagian tengah berhubungan dan mengikatkannya kepada permukaan daun. Manakala lapisan pelindung yang hanya berupa pelebaran dari bahagian tepi daun yang bengkok dinamakan indusium palsu (Vaizatun, 2009).